News & Research

Reader

Minyak Berjangka Lanjutkan Penguatan, Pasca Saudi Katrol Harga Jual
Monday, May 06, 2024       13:49 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Senin, setelah Saudi menaikkan harga jual untuk sebagian besar wilayah, dan juga dipicu prospek kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang terlihat meredup, sehingga menambah kekhawatiran konflik Israel-Hamas masih dapat meluas di kawasan tersebut.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, meningkat 51 sen, atau 0,61%, menjadi USD83,47 per barel pada pukul 13.29 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Senin (6/5).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, bertambah 52 sen atau 0,67% menjadi USD78,63 per barel.
Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) untuk minyak mentah yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada Juni, menandakan ekspektasi permintaan yang kuat pada musim panas ini.
"Setelah anjlok lebih dari 7,3% pekan lalu karena meredanya ketegangan geopolitik, ICE Brent memulai minggu perdagangan yang baru dengan pijakan yang lebih kuat, dibuka lebih tinggi," kata Kepala Riset ING, Warren Patterson.
Hal itu terjadi setelah Arab Saudi menaikkan OSP Juni untuk sebagian besar wilayah di tengah pengetatan pasokan pada kuartal ini, papar dia.
Di China--importir minyak mentah terbesar di dunia--aktivitas jasa tetap berada di wilayah ekspansif selama 16 bulan berturut-turut, sementara pertumbuhan pesanan baru meningkat dan sentimen bisnis melesat, sehingga mendorong harapan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.
Pekan lalu, kedua kontrak berjangka tersebut membukukan penurunan mingguan tertajam dalam tiga bulan dengan Brent ambles lebih dari 7% dan WTI melorot 6,8%, karena investor mempertimbangkan lemahnya data ketenagakerjaan Amerika dan kemungkinan waktu pemangkasan suku bunga Federal Reserve.
Premi risiko geopolitik pada harga minyak juga mereda seiring berlangsungnya perundingan mengenai gencatan senjata di Gaza.
Namun, prospek untuk mencapai kesepakatan tampaknya menipis, Minggu, ketika Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas mengesampingkan hal tersebut.
"Berita bahwa Israel ingin melanjutkan dan memperluas operasinya di Rafah, berisiko menggagalkan potensi perjanjian gencatan senjata dan menghidupkan kembali ketegangan geopolitik Timur Tengah yang tampaknya mereda," kata analis IG, Tony Sycamore.
Dengan sebagian besar long position minyak telah diselesaikan pekan lalu, risikonya adalah harga WTI akan pulih kembali ke USD80 pada awal minggu ini, tambahnya.
Sebagai tanda pasokan akan semakin ketat, perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas yang beroperasi selama dua minggu berturut-turut, pekan lalu. Jumlah rig minyak berkurang tujuh menjadi 499 unit, penurunan mingguan terbesar sejak November 2023, kata Baker Hughes, Jumat. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM